INJIL
.co
christian
online
Injil

Hermeneutik/Pendekatan

Dari Injil

Langsung ke: navigasi, cari


Pengantar ke dalam Hermeneutik Alkitabiah

Prinsip-prinsip Penafsiran Alkitab yang Bertanggungjawab


Buku "Pengantar ke dalam Hermeneutik Alkitabiah" ini berisi prinsip-prinsip penafsiran Alkitab yang bertanggung jawab. - YLSA -

Pengantar ke dalam
Hermeneutik Alkitabiah

Daftar Isi
Kata Pengantar

Bab I Pendahuluan
Bab II Alat-Alat Bantu Hermeneutik
Bab III Hermeneutik Dalam Sejarah
Bab IV Prinsip-Prinsip Hermeneutik
Bab V. Prinsip-Prinsip Umum
Bab VI Prinsip-Prinsip Khusus
Bab VII Pendekatan Hermeneutik
Bab VIII Penutup
Daftar Kepustakaan

Cetak halaman ini | Facebook | Twitter

Penyusun:

Dra. Yulia Oeniyati Buffet, M.Th.

Untuk penggandaan buku ini mohon kesediaannya meminta ijin kepada penyusun buku.

© Yulia Oeniyati Buffet

1997, 1999, 2001

Pengantar ke dalam Hermeneutik Alkitabiah; Prinsip-prinsip Penafsiran Yang Bertanggungjawab

E-mail: <yulia(at)in-christ.net>

Kotak Pos 25/SLONS

Surakarta, 57135



Pengantar ke dalam Hermeneutik Alkitabiah -- Bab VII

Bab VII

PENDEKATAN HEMENEUTIK

Mengapa masing-masing jenis kitab dalam Alkitab harus dipelajari dengan cara pendekatan yang berbeda-beda?

PENDEKATAN SESUAI DENGAN JENIS-JENIS KITAB DALAM ALKITAB

Selain prinsip-prinsip yang sudah kita bicarakan dalam bab-bab sebelumnya, ada pendekatan lain yang perlu dilakukan khususnya sehubungan dengan macam-macam karya sastra dari kitab-kitab yang ada dalam Alkitab. Untuk itu kita akan melihat secara garis besar hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menafsirkan jenis-jenis kitab tsb.

A. Kitab-kitab Taurat

Berikut ini adalah beberapa pedoman yang perlu diingat untuk menafsir Kitab-kitab Taurat dengan lebih tepat:

  1. Kitab-kitab Perjanjian Lama secara umum adalah wasiat milik orang Israel, termasuk di dalamnya adalah hukum Taurat PL. Hukum Taurat merupakan pernjanjian antara Tuhan dengan umat Israel sebagai bangsa pilihan-Nya, agar Israel setia kepada Tuhan. Oleh karena itu ketentuan/hukum yang ada dalam kitab-kitab Taurat, walaupun itu adalah Firman Tuhan, namun tidak lagi merupakan perintah langsung bagi kita sekarang.

  2. Ketentuan/hukum dalam kitab-kitab Taurat akan mengikat kita secara langsung apabila hukum tsb. dibaharui dalam kitab-kitab PB. Oleh karena itu untuk menafsirkan hukum Taurat bagi kita sekarang harus diterangi dengan terang hukum PB, yaitu hukum Kristus atau hukum kasih.

  3. Ketentuan/hukum dalam kitab-kitab Taurat PL, sangat keras dan tegas, hal itu untuk menunjukkan akan tingginya standard norma moral dan keadilan Allah. Hukum-hukum tsb. harus dipahami sebagai suatu model bukan sebagai hukum yang lengkap.

B. Kitab-kitab Sejarah

Hal-hal yang perlu diingat ketika menafsirkan Kitab-kitab Sejarah/Hikayat:

  1. Ada tiga tingkatan sejarah dalam Alkitab, yaitu:

    1. Sejarah tingkat atas, yaitu rencana Allah untuk semesta alam, yang dilaksanakan melalui ciptaannya.
    2. Sejarah yang berpusat kepada bangsa Israel saja.
    3. Sejarah tingkat bawah, yaitu sejarah yang berdiri secara tersendiri.

    Namun dari semua orang yang terlibat dalam sejarah tsb. Allah adalah Tokoh Utamanya.

  2. Kitab-kitab Sejarah PL biasanya tidak mengajarkan doktrin secara langsung, karena memang tujuannya tidak untuk menjawab masalah-masalah teologis yang muncul. Tetapi dari peristiwa yang terjadi kita akan mampu menarik pelajaran khusus tentang pokok-pokok tertentu. yang biasanya merupakan penjelasan dari doktrin yang diajarkan dibagian kitab lain.

  3. Sejarah mencatat apa yang telah terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi. Itu sebabnya apa yang dilakukan tokoh-tokoh dalam kitab-kitab tsb., belum tentu menjadi contoh yang baik. Tokoh-tokoh itu adalah manusia biasa yang juga memiliki kelemahan.

  4. Kesalahan yang sering dilakukan penafsir ketika menafsirkan kitab-kitab sejarah adalah mengalegoriskan cerita sejarah tsb. Hal ini terjadi karena penafsir tidak melihat peristiwa-peristiwa dalam konteks keseluruhan dan menggabung-gabungkan peristiwa yang terjadi secara salah.

C. Kitab-kitab Puisi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menafsur karya jenis mazmur/puisi:

  1. Ada beberapa jenis Puisi dalam kitab-kitab Puisi di Alkitab:
    1. Mazmur Ratapan (60 buah)
    2. Mazmur mengucap syukur.
    3. Kidung Pujian.
    4. Mazmur Sejarah Keselamatan.
    5. Mazmur Perayaan dan Pengukuhan.
    6. Mazmur Hikayat.
    7. Nyanyian Kepercayaan.
  2. Sebagian besar isi (khususnya Kitab Mazmur) adalah pengalaman dan pergumulan pribadi para penulisnya. Pengalaman seseorang tidak dapat dipakai sebagai pedoman pengajaran/ doktrin. Ada tiga tujuan penerapan Mazmur dalam kehidupan orang Kristen yaitu:
    1. Sebagai penuntun dalam ibadah.
    2. Untuk memiliki hubungan yang jujur dengan Allah.
    3. Untuk merenungkan perkara-perkara yang Allah telah lakukan bagi kita sehingga kita dapat bersyukur atasnya.
  3. Ada tiga sifat khas dari gaya puisi dalam PL yaitu:
    1. Paraleisme Sinonim (yang searti). Contoh Isa 44:22.
    2. Paraleisme Antithesis (yang bertentangan). Contoh Ho 7:14.
    3. Paraleisme Sintesis (yang terpadu). Contoh Obaja ayat 21.

D. Kitab Nabi-nabi (Nabi Besar dan Nabi Kecil)

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam menafsirkan kitab-kitab para nabi yaitu:

  1. Allah memakai para nabi sebagai pengantara, penyambung lidah Allah. Berita para nabi bukan berasal dari diri mereka sendiri, tetapi dari Allah. Itulah sebabnya nubuatannya/beritanya didahului dengan kata: "Demikianlah Firman Tuhan" atau "Inilah Firman Tuhan".
  2. Latar belakang para nabi diwarnai dengan:

    1. Pergolakan bidang politik, militer, sosial, ekonomi;
    2. Ketidaksetiaan secara rohani dari umat Allah;

    Latar belakang ini sangat mempengaruhi berita yang dibawa oleh para nabi, karena hal itu berhubungan langsung dengan keadaan, situasi dan kebutuhan jaman itu dan panggilan masing-masing nabi-nabi tsb. untuk generasi yang hidup pada masa itu.

  3. Dalam berita nubuatannya, Allah digambarkan sebagai Juru Dakwa atau Hakim. Itu sebabnya bentuk sastra yang sering dipakai adalah "firman celaka". Melalui para nabi, Allah mengumumkan kebinasaan yang mendekat. Ada tiga unsur didalamnya:

    1. Nubuat mengenai malapetaka atau kebinasaan yang akan didatangkan.
    2. Alasan mengapa malapetaka itu ditimpakan.

  4. Di sisi lain, dipakai juga bentuk sastra yang berupa janji atau "firman keselamatan".

  5. Dalam menyampaikan nubuatan, para nabi sering menggunakan puisi sebagai sarana pemberitaannya, sebab di Israel kuno, puisi dihargai sebagai alat untuk belajar.

E. Kitab-kitab Injil

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Kitab-kitab Injil:

  1. Perlu lebih dahulu diingat bahwa kitab-kitab Injil adalah kitab-kitab yang menceritakan tentang kehidupan, pelayanan dan pengajaran Tuhan Yesus, tetapi tidak dtulis oleh Tuhan Yesus.. Diceritakan oleh 4 orang penulis yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.

  2. Perlu diperhatikan konteks kitab-kitab Injil. Ada 2 konteks historis; yang pertama pengetahuan kebudayaan dan agama dari abad pertama yaitu Yudaisme Palestina. Namun selain itu ada konteks kedua yaitu konteks historis dan sastra dari penulis kitab Injil itu sendiri.

  3. Untuk menafsirkan kitab-kitab Injil, disarankan agar kita memakai cara berpikir secara vertikal dan horizontal, karena banyak perikop dari kitab-kitab Injil yang menceritakan cerita pararel/sama.

F. Kitab Kisah Para Rasul

Kitab Kis. Para Rasul dimasukkan sebagai kitab sejarah, karena menceritakan tentang sejarah perbuatan para rasul dan masa gereja mula-mula, oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menolong kita menafsirkan dengan lebih tepat:

  1. Disarankan untuk membaca keseluruhan buku ini secara sekaligus (sekali baca) untuk dapat mengamati perkembangan peristiwa-peristiwanya dalam satu kesatuan.

  2. Namun selain mengkisahkan tentang perbuatan para Rasul, jelas penulis Lukas menunjukkan gerakan Roh Kudus dibalik peristiwa-peristiwa tsb. yang mengatur gerakan kekristenan dari Yerusalem sampai ke Samaria, dan sampai ke ujung-ujung bumi.

  3. Karena sifat sejarahnya, maka hal-hal yang diceritakan tsb. bukan sesuatu yang bersifat normatif, kecuali jika Alkitab mengatakannya dengan tegas.

G. Surat-surat Kiriman

Seperti kebanyakan surat pada umumnya, surat-surat Kiriman dalam Alkitab memiliki ciri-ciri yang sama yaitu: ada nama penulis, nama penerima, salam pembukaan/doa/harapan/ucapan syukur, isi surat dan penutup surat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menafsir Surat-surat Kiriman:

  1. Masing-masing surat memiliki konteks historis yang berbeda. Sebagian besar surat-surat Kiriman tsb. ditulis bukan untuk tujuan pengajaran doktrin, tetapi untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh jemaat atau pribadi sebagai penerima surat tsb. Namun demikian surat-surat tsb. ditulis dengan kesadaran adanya otoritas kerasulan/pemimpin umat dari para penulisnya.

  2. Surat Kiriman tidak disusun sebagai suatu cerita berurutan, tetapi surat terdiri dari paragraf-paragraf dan setiap paragraf memiliki pokok pembicaraan, jadi perlu berpikir secara paragrafi dengan mengikuti perkembangan logika penulisnya. Untuk itu penting membaca surat secara keseluruhan untuk mendapatkan gambaran selengkap mungkin tentang pokok-pokok masalah yang dihadapi masing-masing jemaat.

  3. Karena masalah latar belakang budaya sangat menonjol maka perlu dibedakan antara pokok inti Alkitab dengan pokok-pokok yang bukan merupakan inti pengajaran. Juga perlu dibedakan antara hal-hal yang bersifat moral normatif atau yang berupa budaya setempat.

H. Kitab Eskatologi

Sebagian kitab eskatologi adalah penyingkapan nubuat dari Perjanjian Lama, disebut juga sebagai kitab-kitab apokaliptis. Banyak orang berpendapat bahwa menafsirkan kitab-kitab eskatologi adalah yang paling sulit, sehingga tidak heran kalau banyak pengajaran yang simpang siur yang ditimbulkan olehnya.

  1. Sumber utamanya adalah nubuatan PL, khususnya dari kitab nabi-nabi, mis. Yehezkiel, Daniel, Zakharia, Yesaya. Seperti kebanyakan kitab apokaliptis, materinya berhubungan dengan masalah penghakiman dan penyelamatan yang akan datang.

  2. Materi apokaliptis lebih banyak diungkapkan dalam bentuk visi (penglihatan) dan mimpi dengan bahasa yang memiliki arti tersembunyi dan simbolis/figuratif. Tugas utama dalam eksegesis kitab apokalips adalah mencari maksud mula-mula dari pengarang (yaitu dengan memahami konteks historis dan konteks sastra).

  3. Gambaran dari materi apokaliptis sering berupa penglihatan/gambaran dan bukan seperti dalam kenyataan. Kita perlu tahu bahwa gambaran adalah mengenai masa depan dan hanya mengungkapkan kenyataan yang akan terjadi tetapi bukan berarti harus terjadi sesuai dengan gambaran tersebut.

  4. Karena sifat dari kitab apokaliptis biasanya adalah nubuatan, maka kita harus peka terhadap latar belakang dari suatu perlambang yang ada. Juga hal penglihatan, kita harus menafsirkannya sebagai suatu keseluruhan, bukan alegoris. Jangan mudah terjebak dengan menganalogikan ayat-ayat dalam Alkitab secara berlebihan

Sumber Bacaan:

  1. Gordon D. Fee., Hermeneutik; Bagaimana Menafsirkan Firman Tuhan
  2. Ir. Mangapul Sagala, M.Div., Petunjuk Praktis Menggali Alkitab (Hal. 36-48)
  3. Grant R. Osborne, The Hermeneutical Spiral